![]() |
Yenni Sarinah |
Oleh : Yenni Sarinah, S.Pd
TINGGAL beberapa hari lagi menjelang pergantian tahun masehi. Namun, tahun baru menjelang, aqidah Islam berulang menghilang. Ini catatan buram peradaban yang dahulunya gemilang bersama pemerintahan bersistemkan Islam, kini mundur teratur dan tersungkur di bawah kepemimpinan sistem sekuler kapitalisme. Masihkah kita mampu bangkit menjadi generasi gemilang?
Waspadai Pluralisme Di Akhir Tahun
Pluralisme adalah paham yang mengusung pemikiran bahwa semua agama itu sama. Dan paham ini bertentangan dengan aqidah Islam yang menyatakan bahwa hanya Islamlah agama yang haq (benar) dan satu-satunya agama yang diridhoi (diterima) di sisi Allah SWT.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Ali 'imran, 3 ayat 19 yang artinya : "Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barangsiapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya."
Dengan dalil kuat begini, sebagai muslim yang aqidahnya bersandar pada syari'at Islam, maka wajib baginya memilih millah (jalan) yang memisahkan dengan jelas, mana yang haq (benar) dan mana yang bathil (salah).
Di zaman ini, di bawah kepemimpinan sistem Kapitalisme yang diusung oleh barat (kafir) telah membidik asas pendidikan generasi kita untuk mengikuti gaya barat beragama yang dikenal dengan istilah Tasyabbuh. Dan ini menjadi alarm kuat bahwa kiamat semakin dekat. Lantas bekal apa yang kita persiapkan agar berpulangnya kita kelak sesuai dengan jalur yang mengarahkan ke surga?
Berikut hadits yang menjadi alarm bahwa tasyabbuh adalah cara barat merusak generasi Islam.
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَأْخُذَ أُمَّتِى بِأَخْذِ الْقُرُونِ قَبْلَهَا ، شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ . فَقِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَفَارِسَ وَالرُّومِ . فَقَالَ وَمَنِ النَّاسُ إِلاَّ أُولَئِكَ
“Kiamat tidak akan terjadi hingga umatku mengikuti jalan generasi sebelumnya sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta.” Lalu ada yang menanyakan pada Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, “Apakah mereka itu mengikuti seperti Persia dan Romawi?” Beliau menjawab, “Selain mereka, lantas siapa lagi?“ (HR. Bukhari no. 7319)
Toleransi Bukti Lemahnya Literasi Islam
Tidak hanya membidik generasi Islam melalui jalur perombakan dasar-dasar pendidikan yang melepas secara nyata agar generasi Islam jauh dari pendidikan Islam yang berlandaskan aqidah Islam. Kini pluralisme juga telah mengatur sistem banyak kota untuk merubah wujud menjadi kota toleransi. Seperti di Surabaya yang sangat toleran dengan ornamen natal yang dipasang di beberapa kawasan. Padahal Surabaya adalah kota yang mayoritasnya adalah muslim.
Dalihnya, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya berkomitmen menjaga semangat toleransi dan keharmonisan untuk menghormati umat beragama, dengan memasang berbagai ornamen dan hiasan Natal di beberapa tempat. (SUARA PUBLIK NEWS NET, 17/12/2022)
Toleransi yang sengaja diketengahkan menjadi wejangan akhir tahun sejatinya berakar dari pemahaman literasi Islam yang lemah. Karena makna toleransi beragama adalah untukmu agamamu, dan untukku agamaku. Sebagaimana termaktub dalam firman Allah SWT dalam surat al-Kafirun.
Isi dari Surat Al Kafirun ini adalah perintah Allah SWT kepada Rasulullah SAW untuk menyampaikan ajaran Islam dengan tegas. Surat ini turun ketika kaum Quraisy berusaha mempengaruhi Rasulullah SAW untuk menyembah berhala. Surat ini merupakan jawaban tegas atas tawaran yang diberikan oleh kaum Quraisy.
Dan Allah SWT meminta Rasulullah SAW untuk mengatakan kepada kaum Quraisy yang datang dan mengusulkan kompromi bahwa sosoknya tidak akan menyembah apa yang disembah oleh kaum Quraisy, yaitu berhala. Begitu pula mereka, kaum Quraisy, tidak akan menjadi penyembah apa yang disembah oleh Rasulullah SAW, yaitu mengesakan Allah SWT.
Dilansir dari Borneo News co id (15/12/2022), Palangkaraya meraih penghargaan sebagai kota peduli hak asasi manusia (HAM). Padahal, jika HAM yang digadang-gadang barat itu benar dan HAM adalah pionir terdepan dalam membela hak asasi manusia salah satunya keamanan, tentu penggiat HAM tidak akan tinggal diam dengan pembombardiran Israel terhadap penduduk Palestina hingga puluhan tahun lamanya. Ini bukti nyata bahwa HAM punya dua muka. Tergantung siapa, oleh apa dan kepentingan siapa yang bermain-main dengan HAM.
Pluralisme Haram, Negara Jangan Diam
Di akhir tahun, Umat Islam perlu diingatkan akan haramnya pluralisme. Rendahnya kesadaran sangat membahayakan umat. Apalagi di tengah gempuran moderasi beragama.
Negara seharusnya berperan sebagai pelindung aqidah umat. Dengan membatasi perayaan yang bukan Islam di area publik. Dan tidak memaksa umat Islam untuk mengenakan atribut khas orang-orang selain Islam. Mulai dari terompet, topi santa, topi kerucut, dan identitas khas lainnya.
Namun faktanya negara justru mengajarkan jalan sesat dan menguatkan pluralisme lewat moderasi beragama. Ajaran Islam mewajibkan negara untuk juga ikut menjaga akidah warga negaranya. Bukan ikut-ikutan mencari dalih-dalih yang terlihat Islami untuk menghalalkan yang jelas Allah SWT telah haramkan.
Dan dampak terbesar dari pluralisme yang didukung oleh kebijakan pemerintah yang sekuler, telah mencederai keimanan umat Islam terhadap agamanya. Dan cara-cara moderasi ini nyata telah menghinakan ajaran Islam dengan toleransi yang kebablasan.
Dengan begini, kemurnian Islam tidak akan tegak di bawah pemerintahan yang sekuler. Aqidah Islam hanya akan kokoh berdiri ketika sistem yang mengatur totalitas berasal dari Islam dan sistem pemerintahannya pun juga harus berwujud sistem Islam.
Selagi barat memiliki tujuan propaganda, maka Islam hanya digiring sebatas ritual semata, tanpa daya dan upaya untuk membela syiar-syiar agamanya. Benarlah kiranya tanpa sistem Islam, kekuatan kaum muslimin hanya sebatas buih di lautan. Mereka banyak, tapi tak berdaya.
Semoga dakwah yang mengajak kembali ke kehidupan Islam sebagaimana yang sedang diperjuangkan oleh beberapa kelompok, menjadi cikal bakal kebangkitan Islam di akhir zaman. Agar kehidupan dunia ini tak berakhir sia-sia di pintu kematian. Dan hanya Islam yang memiliki keyakinan bahwa setelah mati ada kehidupan abadi. Dan keabadian yaitu surga hanya dimiliki oleh mereka yang berjuang, bukan mereka yang mengikuti arus modernisasi yang menyesatkan. Wallahu a'lam bish-shawab.***
Penulis, Pegiat Literasi Islam Selatpanjang, Riau
Posting Komentar