Mendambakan Pelayanan Kesehatan Berkualitas




Oleh : Nora Afrilia, S.Pd


Kembali terulang, pelayanan kesehatan yang buruk di rumah sakit milik pemerintah. Kekecewaan keluarga pasien malah semakin memuncak hingga berujung tindakan pengrusakan.


Sebuah hadits Riwayat Bukhari, Rasulullah saw. menyampaikan, “Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit, melainkan akan menurunkan pula obat untuk penyakit tersebut.”


Akan tetapi, kesehatan itu juga butuh terhadap pelayanan yang baik. Karena tanpa hal tersebut, agak menyulitkan pasien untuk proses penyembuhannya. Psikis seorang pasien juga sebagai faktor yang mendorong cepatnya proses penyembuhan. 


Peristiwa buruk nya pelayanan kesehatan terjadi di RSUD Arifin Achmad merupakan rumah sakit provinsi yang dibanggakan oleh pemerintah daerah dan masyarakat Riau. Kemarahan keluarga dipicu oleh petugas rumah sakit yang berdalih tidak memiliki stok alat untuk pengecekan darah sebelum transfusi atau reagen.

Padahal RSUD Arifin Achmad termasuk rumah sakit yang lengkap dan bisa menangani berbagai penyakit.


Akibatnya, keluarga pasien Hironimus Patut Pahur yang berobat di RSUD Arifin Achmad milik Pemprov Riau mengamuk lantaran pelayanan lambat, pada Sabtu (29/10/2022) malam. Bahkan, kaca jendela rumah sakit pecah usai dipukul keluarga pasien. Sejumlah satpam langsung berdatangan menemui keluarga pasien yang mengamuk.


Istri Hironimus, Maria menceritakan, bahwa korban membutuhkan darah dikarenakan untuk penyakit kanker. Darah yang dibutuhkan yakni darah trombosit yang harus digunakan dalam 5 hari sebelum kedaluarsa. 


Maria menyebutkan, awalnya dia mendapat jawaban dari Pihak RSUD Arifin Achmad bahwa untuk stok darah tidak ada. Lalu pihak keluarga pasien diminta mencari donor darah dan didapatlah dari anggota Brimob Polda Riau hingga masyarakat dan beberapa wartawan. Akhirnya darah terkumpul hingga 20 kantong. Dia melanjutkan, setelah ditanya berulang kali, pihak RSUD baru mengaku bahwa stok darah sudah ada. Namun masalahnya alat reagen atau alat pencocokan darah tidak ada, sehingga belum bisa ditransfusi.


Pihal keluargai cek kenapa reagen tidak ada, petugas mengatakan reagen menipis sejak 2 hari lalu dan habis siang tadi. Baru akan datang Selasa atau Rabu pekan depan, tapi itu juga tidak bisa dipastikan oleh petugas. Mendengar penjelasan petugas yang tidak masuk akal, salah satu keluarga pasien mengamuk dan memukul kaca jendela rumah sakit. 


 Menanggapi hal tersebut, Gubernur Riau (Gubri) Syamsuar mengancam akan memberikan sanksi majemen RSUD Arifin Ahmad. Beliau geram melihat ulah oknum di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Ahmad yang tidak serius dalam melayani masyarakat. Akibat buruknya pelayanan di RSUD Arifin Achman, perhatian publik pun langsung tertuju ke Direktur Utama RSUD Arifin Achmad yang saat ini dipimpin oleh anak mantan Gubernur Riau, Wan Abu Bakar yang bernama Wan Fajriatul Mammunah.


Pelayanan tidak berfokus pada pasien


Sistem pelayanan yang sehat akan menghasilkan kesembuhan yang hakiki bagi pasien. Pelayanan yang baik itu selayaknya mementingkan kesembuhan pasien meski segala cara, materi dikerahkan untuk kesembuhan pasien. 


Pada kasus di atas, dapat kita saksikan bahwa petugas rumah Sakit seperti tidak bekerja dengan hati nurani. Meminta keluarga berusaha sendiri untuk kesembuhan pasien. Mencari donor darah. Dan keluarga yang berusaha keras. Dan bahkan setelah terkumpul, terdapat masalah lagi. Yang sebenarnya kalau mereka fokus pada nyawa pasien, jauh-jauh hari sudah ditambah stok reagen agar bisa transfusi darah dengan segera. Seakan nyawa manusia bisa dipermainkan dengan mereka mengulur waktu. 


Pelayanan buruk hakiki nya adalah hasil dari pengaturan  kesehatan yang juga buruk. Saat ini adalah sistem dengan cara pandang segala yang diperoleh ada timbal balik nya. Atau bisa kita katakan asas bermuamalah antarsesama manusia adalah asas manfaat. Sehingga penyebutan aturan saat ini adalah aturan sekuler kapitalisme.


Setiap hubungan dengan manusia itu tergantung cara berpikir masing-masing orang, bahkan melanggar aturan sang pencipta. Karena Tuhan tidak berhak mengatur kehidupan kecuali ibadah mahdoh. Yang ada kaitan dengan habluminallah manusia. Seperti sholat, puasa, zakat, haji. Itulah karakter manusia dalam sistem ini. 


Hingga kita dapat saksikan, para pegawai negara dalam hal pelayanan rakyat. Seolah menyepelekan kualitas. Terlebih pelayanan kesehatan. Realitanya rakyat dari kalangan menengah ke bawah tidak pantas mencicipinya. Hingga berefek pada hilangnya nyawa seseorang. Bahkan manajer selaku pengawas para pegawai kesehatan seolah tidak ambil pusing dengan kualitas pegawainya di lapangan. 


Strategi pengaturan Departemen dengan Basis Islam


Dalam kitab Struktur Administratif Tata Negara Islam, karangan Syaikh Taqiyyuddin An Nabhani di paparkan strategi dalam mmengatur kepentingan masyarakat dilandasi dengan kesederhanaan, kecepatan pelayanan, dan profesionalitas orang yang mengurusinya. Hal ini di ambil dari realita pelayanan kepentingan itu sendiri. Orang-orang yang memiliki kepentingan seperti pasien di rumah sakit misalnya, memiliki kepentingan kecepatan dan kesempurnaan pelayanan.


Rasulullah pernah bersabda : " Sesungguhnya Allah telah mewajibkan berlaku ihsan dalam segala hal. Jika kalian membunuh (melaksanan qishash), maka lakukaknlah pembunuhan itu secara ihsan ( baik/sempurna). Jika kalian menyembelih, maka lakukan penyembelihan itu secara baik/sempurna...( HR Muslim dari Syadad bin Aus)


Ihsan (kebaikan, kesempurnaan) dalam melaksanakan pekerjaan jelas di perintah kan oleh syariah. Untuk merealisasikan kebaikan/kesempurnaan dalam melaksanakan pekerjaan,  harus terpenuhi tiga hal berikut dalam menajemennya. 


Pertama, kesederhanaan aturan, karena kesederhanaan aturan itu akan memberikan kemudahan dan kepraktisan, sementara aturan yang rumit akan menyebabkan kesulitan. 


Kedua, kecepatan dalam pelayanan transaksi; karena hal itu akan mempermudah orang yang memiliki keperluan. 


Ketiga,  pekerjaan itu ditangani oleh orang yang mampu dan profesional. 

Segala hal tersebut menjadi wajib bagi kesempurnaan pekerjaan, sebagaimana juga dituntut oleh pelaksanaan pekerjaan itu sendiri. Dan tentunya pelayanan tersebut juga dilandasi oleh adanya ruh Islam atas dasar menyayangi sesama manusia karena Allah.  Bukan hanya karena hal lain seperti materi dan eksistensi dari semata.***


Penulis seorang aktivis muslimah berdomisili di Kampar

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama