Oleh: Sumiyati, S.Pd.I
RUSAKNYA generasi berawal dari pengaturan negara yang mengadopsi secara total budaya kufur tanpa memiliki
Filter yang mampu menjadi tameng untuk keselamatan generasi. Bagaimana pandangan Islam tentang generasi terbaik bangsa? Dan kaitanya dengan generasi pendendang yang justru jelas telah membuat kerusakan pada bangsa?
Euforia konser musik bertajuk "Berdendang bergoyang" yang diselenggarakan selama tiga hari berturut-turut tgl 28-30 Oktober 2022, dihentikan pada hari Sabtu tgl 29/10/2022 malam dengan dicabutnya izin penyelenggaraan konser tersebut oleh pihak kepolisian Jakarta Pusat.
Hal itu disebabkan over kapasitas, diketahui kapasitas tempat konser adalah 10 ribu dan jumlah pengunjung yang hadir dua kali lipat, mencapai 21 ribu orang, sehingga menyebabkan banyak penonton pingsan akibat berdesak-desakan.
Selain itu, Berdasarkan dari keterangan beberapa penonton, tindak kejahatan seperti pencopetan juga terjadi. Ditambah lagi minimnya pelayanan kesehatan. Serta adanya dugaan kuat minuman kerasa (Miras) disaat acara berlangsung. (tvonenews.com, 30/10/2022)
Kasus serupa juga terjadi di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD Tangerang Selatan, pihak kepolisian membubarkan konser musik NCT 127 K-Pop asal korea tersebut, jum'at (4/11/2022) yang baru digelar pada hari pertama, karena dilaporkan 30 orang pingsan akibat berdesak-desakan (Tribunnews.com, 5/11/2022)
Fakta ini tentu sangat memprihatikan, ditambah lagi pihak aparat Pemerintah terihat lamban dalam merespon dan menindak kejadian tersebut. Seharusnya aparat sudah bisa memprediksi dan melakukan mitigasi acara sebelum terjadinya kekacauan, karena sebelumnya telah diketahui adanya penjualan tiket yang melebihi kapasitas. Sungguh disayangkan sebuah pagelaran besar yang berada di ibu kota Negara berakhir dengan kekacauan.
Telah kita ketahui bersama bahwa bulan oktober adalah bulan di peringatinya hari Sumpah pemuda dan hari santri, yang mana keduanya adalah erat kaitanya dengan pemuda atau generasi penerus bangsa. Sungguh ironis jika diisi dengan kegiatan-kegiatan yang menumpulkan potensi generasi bangsa. Seperti konser musik tersebut.
Potret Generasi Masa Kini
Protret pemuda hari ini banyak tersesat dari potensi sejatinya. Saat ini, kita sering mendapati para pemuda yang hidup bebas tanpa batas semakin hari kian mengerikan, kasus seks bebas, kehamilan tak diinginkan hingga aborsi, bahkan perilaku yang menyimpang (lg3t) menghampiri generasi saat ini.
Fakta lain menunjukan mengkonsumsi narkoba dan miras (minuman keras) dalam sebuah acara adalah hal biasa. Padahal miras (hamr) sesuatu yang diharamkan dalam Islam, di samping itu juga keduanya erat dengan tindakan kejahatan dan meningkatkan kasus kriminalitas yang semakin memperparah kerusakan yang tengah terjadi.
Pada saat yang sama, sebagian dari mereka ada yang menjadi penggemar barisan paling depan K-Pop atau drakor. Padahal dalam pandangan Islam ada beberapa jenis alat musik yang diharamkan dan Islam mengharamkan segala bentuk lirik yang didalamnya tidak mengaggungkan kalimatullah. Dan diperintahkan untuk menahan pandangan (gadhul bashar) dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah SWT.
Disisi lain sistem pendidikan saat ini hanya melahirkan generasi yang berorientasi pada gelar dan materi bukan pada wawasan serta keluasan ilmu yang tinggi, tetapi bermental stroberi (buah yang tampak indah dan eksotis, begitu dipijak atau ditekan ia mudah hancur), mudah menyerah dan tidak berani berjuang melawan keadaan.
Inilah gambaran generasi muda saat ini. Semua itu bermula ketika perisai (pelindung) kaum muslim dihancurkan, ketika Islam dilarang untuk mengatur sendi-sendi kehidupan dan ketika sistem sekuler diterapkan dalam kehidupan masyarakat, serta mulai berlakunya nilai liberalisme di tengah-tengah masyarakat sehingga menjadikan budaya liberal, permisif dan hedonis kian mengakar di negeri kita ini. Akhirnya, kerusakan generasi terus terjadi secara sistemis.
Satu-satunya cara menyelamatkan generasi bangsa adalah dengan menerapkan sistem Islam dalam institusi negara. Sistem ini terbukti berhasil membentuk generasi berkepribadian Islam, bermental tangguh, dan memiliki pemikiran cemerlang.
Generasi dalam Pandangan Islam
Pemuda merupakan generasi penerus bagi generasi sebelumnya. Ada ungkapan dalam bahasa Arab, " Syubanu al yaum rijalu al-ghaddi"(Pemuda hari ini adalah tokoh pada masa yang akan datang). Oleh karena itu, Islam memberikan perhatian besar kepada Pemuda, bahkan sejak dini.
Profil generasi berkualitas adalah sebagaimana diungkapkan oleh Umar bin khattab " Kita dulu adalah kaum terhina, kemudian Allah muliakan dengan Islam. Jika kita berharap mulia dengan selain islam, maka Allah akan hinakan kita"
Generasi muda adalah salah satu kekuatan bagi suatu umat atau negara. Untuk melihat nasib masa depan sebuah negara ialah dengan melihat generasi muda saat ini. Jika generasi mudanya baik maka baiklah masa depan sebuah negara tersebut. Generasi muda juga merupakan aset suatu bangsa, sehingga harus dijaga dan dirawat dengan baik, mengingat generasi muda sangatlah rentan terhadap derasnya arus moderasi saat ini.
Jika kita lihat dari sudut pandang Islam, tentu Islam sudah menaruh perhatin yang sangat besar terhadap generasi. Kita lihat pada masa kejayaan Islam, banyak pemuda muslim tampil dengan keberanian dan kegagahannya untuk berjihad di medan perang. Inilah pemuda yang diharapkan Islam. Bukan hanya sekedar mengikuti arus perkembangn zaman, namun juga mampu bersaing melawan zaman itu sendiri agar hidupnya tidak mudah goyah dan tetap berpegang teguh pada Al Qur'an dan As Sunnah.
Oleh karena itu, kualitas generasi muda sangat menentukan peradaban bangsa. Generasi berkualitas tidak hanya kreatif atau ahli dalam sains dan teknologi, melainkan juga memiliki kepribadian Islam, bermental tangguh dan berfikir cemerlang. Kepribadian yang seperti ini tidak hanya mampu membawa negaranya menjadi negara, besar, kuat dan terdepan yang menjadi mercusuar dunia, melainkan juga disegani musuh-musuhnya.
Realitas yang ada saat ini, tak terbantahkan bahwa potret generasi muda yang menjadi tumpuan harapan masa depan bangsa sangatlah jauh dari sosok generasi dambaan, karena kehidupan mereka dipenuhi pergaulan bebas, narkoba, tawuran, dll hal itu menunjukkan betapa rapuhnya mereka. Oleh karena itu dibutuhkan penjagaan dari keluarga, masyarakat dan negara yang menerapkan aturan Islam ketengah-tengah kehidupan.
Pada masa kejayaan islam, Keluarga adalah institusi pertama yang harus menjadi pondasi dalam membentuk aqidah dan keimanan kepada Allah SWT. Dengan kekuatan iman, akan tercermin kepribadian generasi dalam sikap dan cara berfikir mereka. Keluarga menjadi madrasah pertama bagi putra-putrinya. Sejak sebelum lahir dan saat balita, orang tua mereka telah bersiap untuk menanamkan aqidah dan membiasakan putra-putrinya yang masih kecil untuk menghafal Al Qur'an dengan cara memperdengarkan bacaannya.
Dismping itu, Negara wajib memenuhi kebutuhan dan juga menjamin akses pendidikan pada semua warga negara secara cuma-cuma tetapi tetap berkualitas, sehingga akhirnya menghasilkn generasi yang gemilang. Semua biaya berasal dari harta milik umum, contohnya dari: tambang, emas, minyak, hutan dll. Dikelola oleh negara sehingga semua hasilnya dikembalikan kepada rakyat, termasuk pembiayaan dalam pendidikan. Hal ini bukan cerita dongeng melainkan telah terbukti pada masa Kejayaan Islam.
Semua itu hanya bisa terlaksana dengan menerapkan seperangkat aturan yang berasal dari sang Pencipta yaitu Allah SWT. Aturan yang mengatur seluruh aspek kehidupan baik dalam aspek politik, kesehatan, ekonomi, pendidikan, dan sistem pergaulan, sehingga yang lahir bukan generasi pendendang tetapi generasi muslim yang menciptakan peradaban gemilang di masa mendatang. Wallahu'alam bishowab.***
Penulis, Pegiat Literasi Islam, Pekanbaru-Riau
Posting Komentar